Advokasia.com — Ratusan mahasiswa yang terhimpun dalam Aliansi Kalijaga Menggugat menggelar aksi damai di Pertigaan Revolusi, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Jumat (30/8). Aksi ini berlangsung kondusif dan ditutup dengan pembacaan press release, meskipun diwarnai aksi simbolik berupa pembakaran ban dan roar barrier.
Dalam pernyataan sikap, aliansi menilai DPR telah berubah menjadi rumah elitis yang sibuk menumpuk privilese. Mereka menolak kenaikan gaji serta fasilitas mewah, mendesak perbaikan kinerja sesuai mandat rakyat, meminta pengesahan RUU Perampasan Aset, hingga menuntut penurunan Ketua DPR RI karena dianggap gagal memimpin.
Selain soal DPR, aliansi juga menggarisbawahi isu Polri. Kemarahan massa diperkuat oleh kematian Affan Kurniawan, pengemudi ojek online yang dilindas kendaraan taktis Brimob di Jakarta. Peristiwa itu mereka sebut sebagai bukti represifitas aparat. “Polri mengabaikan fungsi melindungi dan justru menjadi alat represi. Institusi ini harus segera dibenahi, bukan ditambal dengan janji kosong,” bunyi pernyataan aliansi.
Tercatat enam tuntutan yang mereka tujukan kepada Polri: menolak impunitas aparat, mengadili pelaku pembantaian rakyat, menghentikan tindakan represif terhadap massa aksi, membebaskan aktivis yang ditahan, menolak militerisasi di sektor sipil, serta mencopot Kapolri sebagai bentuk pertanggungjawaban.
Lokasi aksi di Pertigaan Revolusi dipilih bukan tanpa alasan. Menurut Deryan, titik tersebut memiliki catatan historis dalam gerakan mahasiswa Yogyakarta. “Kalau titik ini bisa kita kuasai, itu menjadi titik fundamental agar suara kita lebih didengar birokrat republik ini,” jelasnya.
Pantauan di lapangan menunjukkan aksi berlangsung tertib. Tidak tampak aparat kepolisian berjaga, namun sekitar 40 personel TNI hadir di sekitar lokasi. Massa aksi membawa spanduk, poster, dan melakukan orasi secara bergantian. Ada pula aksi simbolik berupa pembakaran ban dan roar barrier di sekitar kampus. namun Deryan menegaskan aksi tetap berlangsung damai. “Kami sudah menyiapkan skenario terburuk, tapi aksi hari ini berjalan lancar, damai, dan fokus menyuarakan hal-hal yang kami rasa patut untuk disampaikan,” ujarnya.
Menutup rangkaian aksi, aliansi menyerukan agar mahasiswa, dosen, rakyat pekerja, dan elemen sipil bersatu memperjuangkan cita-cita reformasi yang dinilai telah dikhianati. “Hidup mahasiswa! Hidup rakyat Indonesia!” teriak massa sebelum akhirnya membubarkan diri dengan tertib.