Aksi Damai di Bundaran UGM, Wajah Humanisme dan Partisipasi Masyarakat Jogja.

Advokasia.com - Senin (01/09) kemarin, untuk kesekian kalinnya segenap elemen mulai dari himpunan mahasiswa, aliansi masyarakat, petani, juga beberapa elemen masyarakat lainya  untuk menyuarakan aspirasi-aspirasi mereka dalam sebuah aksi damai. Aksi kali ini dikordinatori oleh aliansi jogja memanggil. Mulanya aksi  di jadwalkan pada pukul 09.00 sampai pukul 13.00, namun dikarenakan ada keterlambatan dari para demonstran, aksi ini baru dimulai pada pukul 11.00 dan berakhir pada pukul  14.00.

Sebagaimana yang diharapkan, aksi kali ini berjalan dengan damai tidak ada kericuhan , bahkan anehnya tidak terlihat ada pengawasan sama sekali dari aparat kepolisian sebagaimana terjadi pada demo biasanya, hanya terlihat dua pria berseragam TNI di depan RS Panti Rapih. Situasi ini tentu memberikan ruang berekpresi penuh bagi para demonstran dalam menyampaikan aspirasi-aspirasi mereka.

Aksi kali ini berlangsung dengan penyampaian orasi  keresahan dan aspirasi kepada pemerintah dan seluruh pihak terkait, atas semua problem yang terjadi, mulai dari kenaikan tunjangan DPR yang melejit ditengah pajak yang mencekik hingga penuntutan keadilan untuk  demonstran yang gugur juga driver ojol yang terlindas mobil taktis Brimob.

Kali ini demonstran tidak hanya dari kalangan mahasiswa saja bahkan, banyak diantara mereka yang berorasi dari organisasi sosial seperti kaum petani, buruh, dan uniknya aliansi ibu-ibu ikut andil dalam aksi kali. Dukungan penuh dari masyarakat sangat terasa, terlihat dengan adanya banyak bantuan logistik seperti makanan, minuman serta snack untuk para pendemo.  Demikan memperkuat bahwa demo ini betul-betul suara dari keresahan rakyat.

“saya dari Warung Sodakoh, Warung Sodakoh itu, ada dari 2014. Kebetulan memang dari Warung Sodakoh kita kan mau go to demo ya, dukung masyarakat semuanya, terutama juga para masiswa. Kebetulan ketika kami konsolidasi kemarin, kita ketemu ini, dari komunitas Ibu Ibu berisik kemudian Ibu Ibu Yang lain, kemudian kita ini bergabung. Akhirnya setelah kita bergabung, jadilah satu ini, doa ibu, jadi restu.”  Ujar seorang demonstran “Saya pikir malah saya heran mahsiswa gerakannnya masih belum masif, menurut kami ini murni loh dari masyarakat yang bener-bener resah.” Imbuhnya.  

Menariknya kesempatan ini juga memberikan manfaat kepada para pedagang kaki lima yang sedang berjualan. “Ya, di satu sisi, karena demo ini damai, iyakan ?, disisi lain anugrahlah buat saya.” Ujar Hendra, seorang pedagang kaki lima. “ makin laris Dan juga udah habis. Ini juga mau nyetok lagi.” Ungkapnya.

Dalam aksi kali, tampak sekelompok Layanan Aduan Kekerasan Seksual turut hadir dengan membawa poster-posternya disertai tangkaian bunga. “Kalau  kita harapannya, sebetulnya di semua aksi tidak ada kekerasan seksual, itu komitmen yang dibangun dalam aksi ini, tidak ada kekerasan seksual yang muncul dalam sebuah aksi, apa pun aksinya. Jadi ya, kalau kami bergabung di aliasinya yang jogja memanggil, aduan ini ada terus di setiap aksinya, dan di aksi-aksi yang lain kami juga ada”. Ujar Ika dari Layanan Aduan Kekerasan Seksual. Ia juga menuturkan bahwa maksud dari tangkaian bunga pada poster mereka adalam bentuk duka cita atas meninggalnya salah seorang demonstran kemaren.

Pantauan di lapangan, aksi damai “Jogja Memanggil” menjadi penegasan bahwa gerakan mahasiswa bukan hanya sekedar egoisme untuk menunjukkan identitas semata melainkan betul-betul suara rakyat. Hal ini terbukti bahwa ketika aspirasi yang disampaikan oleh masa aksi dilakukan dengan cara humanisme, dan solidaritas, ruang demokrasi kembali menemukan maknanya.


Reporter 1 : Nasrullah

Reporter 2 : Dita Citra Yunisha

Photograper : Dita Citra Yunisha

Redaktur : M. Ilyas Faisal Adam

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال