Bobroknya Sistem UIN Jogja Yang Ingin Mendunia

 

Screenshot website UIN yang dihack pada 2014

Reporter-Ramadhan Iman

Editor-Tim LPM Advokasia

Tes CBT 2 yang telah selesai dilaksanakan menjadi jalur mandiri tes yang terakhir dilaksanakan. Tes yang dibagi dalam beberapa hari ini sangat dimaksimalkan pihak kampus sebab ditiadakannya PBT karena pandemi yang masih eksis di Indonesia. Namun, sayang seribu sayang kebobrokan sistem yang masih dirawat kampus menjadi ganjalan besar proses berjalannya pendidikan di PTKIN tertua se-Indonesia.
Dalam beberapa kasus, ada calon mahasiswa baru yang soal tesnya tidak muncul, bukan hanya satu-dua soal, namun satu bab soal. Contoh adalah yang dialami Anis, salah satu peserta CBT 2 sesi pertama yang hanya mengerjakan satu soal dirasah Islamiyyah, karena hilangnya teks pertanyaan karena error system. Dia mengatakan kebingungan saat tiba tiba muncul layar kosong tanpa pertanyaan yang muncul di depan matanya. Ketika menghubungi pihak admisi, dia hanya mendapat solusi untuk me-refresh laman website tersebut. Lebih parah dari itu, salah satu peserta lain, Muhajjad Hairul Anam yang mengalami kendala yang sama hanya mendapat jawaban kalau tes sesi 4 telah usai pada pukul 15.00 WIB.
"Pas saya tanyakan ke admisi, cuma dijawab tesnya sudah selesai, yaudah mau gimana lagi. Cuma bisa berharap bisa lolos." Tutur Hairul.
Peserta lainnya, Irma juga mengalami kendala yang sama dan tidak mendapat respon dari pihak admisi. Dia kehilangan soal di bagian TKD.
"Duh, ga tau lagi ka, aku bingung, pas ngehubungin admisi malah ga ada respon sama sekali." Jawabnya dengan raut wajah memelas. 

Info yang didapat, bahwa akan ada ujian susulan dari admisi bagi mereka yang bermasalah saat pengerjaan soal ujian. Ujian susulan dilakukan pada hari ini pada pukul 8 pagi. Namun informasi ini sepertinya belum disebarluaskan kepada para peserta ujian.

Bukti Soal Hilang saat CBT2

Kasus bobroknya E-System yang dimiliki UINSUKA bukan hanya terjadi ketika tes CBT yang dilaksanakan dua tahun belakangan ini, namun juga hampir setiap tahun saat mahasiswa ingin membuat jadwal Kartu Rencana Studi (KRS). Sekalipun dijadwal selama beberapa hari, kendala yang selalu terjadi adalah kegagalan untuk log in ke dalam server Sistem Informasi Akademik (SIA). Riska Dwita, yang mendapat UKT golongan V juga berkomentar tentang buruknya E-System yang dimiliki kampus. Hal ini menyebabkan beberapa dirinya  gagal mengambil mata kuliah yang sudah direncanakan, sebab kehabisan waktu saat melakukan input mata kuliah.
"Saya setiap KRS-an itu pasti gagal log in mas, kadang tulisannya, maaf anda belum membayar UKT, atau maaf doang. Padahal bayar UKT mahal mahal." Komentarnya.
Ainul Yaqin, yang juga membayar UKT golongan V, juga merasakan hal yang sama. Saat melakukan input KRS. Hak ini menyebabkan dirinya harus mengambil mata kuliah semester di atasnya.
UIN Jogja sendiri memiliki satu website induk yang kemudian dibagi dalam beberapa website turunan. Ada 32 website kembangan PTIPD yang menunjang kegiatan kampus, mulai dari Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru dan Bidikmisi, sampai Sistem Penjaminan Mutu (SiJamu). 32 website kembangan PTIPD ini yang dirasa masih banyak bermasalah. Sebab, dalam beberapa kondisi, selalu ada kegagalan sistem yang dianggap mampu mendukung proses perkuliahan. Jika menelisik perkuliahan yang sekarang dijalankan secara online, masih banyak dosen yang lebih memanfaatkan sarana seperti WhatsApp Group, atau Google Classroom, dan lainnya. Padahal UIN memiliki website yang memiliki fungsi untuk pembelajaran online, yaitu e-learning yang sekarang dirubah menjadi https://daring.uin-suka.ac.id/q, namun tidak banyak digunakan.

Visi UIN Jogja yang ingin mendunia rasa-rasanya hanyalah halusinasi belaka yang dibawa oleh Rektor yang baru menjabat satu tahun. Bagaimana kita ingin dikenal dunia kalau gerbang teknologi yang seharusnya menjadi pintu kita tidak digarap dengan serius. Worldclass University yang diidamkan tidak akan tercapai dalam waktu dekat, kalau hari ini kampus masih tidak merespon budaya jelek seperti ini.