Bertitik kumpul di parkiran Abu Bakar Ali
Malioboro, para massa aksi memenuhi wilayah parkiran dengan spanduk dan baner
tentang penolakan penggusuran dan penunututan hak bagi para buruh terutama para
pekerja di kawasan Malioboro seperti pengendera becak motor, pedagang kaki lima
dan beberapa buruh lainya.
Aksi yang bertajuk May Day tersebut
diikuti dari beberapa golongan pekerja dan juga mahasiswa yang aktif dalam
beberapa komunitas di Yogyakarta. Berangkat dari parkiran Abu Bakar Ali, para
massa aksi membentuk barisan long march menuju titik nol Yogyakarta
dengan membawa beberapa poster bertuliskan sindiran dan tuntutan serta mengibarkan
beberapa bendera pada becak motor di Malioboro. Aksi yang diikuti kurang lebih
50 komunitas ini menyampaikan beberapa tuntutan tentang hak pekerja buruh, undang-undang
ketenagakerjaan, dan kesetaraan gender.
Sepanjang barisan long march beberapa
elemen dari mahasiswa dan masyarakat secara bergilir menyampaikan orasi dengan tuntutan
yang khusus bagi para buruh dan beberapa tuntutan tentang sistem pendidikan sampai
ke beberapa undang - undang dan revisi undang - undang yang menjadi berita
ramai beberapa minggu lalu.
Selain ramaninya orasi dan beberapa penampilan
musik dari para massa aksi, ada hal menarik dimana terdapat perpustakaan
jalanan di sebrang titik nol Yogyakarta yang menyuguhkan ruang berkespresi
seperti menggambar, membaca dan berkreasi bagi para massa aksi kemarin.
Suhar mahasiswa dari UMY yang tergabung dalam
Aliansi UMY bergerak menanggapi tentang undang – undang cipta kerja yang
menjadi poin utama dari aksi peringatan Hari Buruh Internasional. “selain dari
beberapa tuntutan tentang buruh, kami juga mengecam tentang tindakan represif
dari aparat ketika ada beberapa kawan kami diluar berusaha menyampaikan
aspirasinya melalui aksi seperti ini” cetus Suhar ketika diwawancarai dengan
Dita reporter LPM Advokasia. (Adv)